Apakah Bisa Haid Saat Hamil? Ini Penjelasan Medisnya - Globumil

dr. Deka, Sp.OG || 2024-11-23

Bagi banyak ibu hamil, munculnya darah yang mirip dengan menstruasi selama kehamilan sering kali menimbulkan kebingungan. Meskipun darah yang keluar ini terkadang tampak seperti haid, durasinya biasanya lebih singkat, hanya sekitar 1-2 hari. Namun, penting untuk memahami bahwa meskipun darah keluar, ini bukanlah menstruasi, dan dapat menjadi tanda adanya masalah dalam kehamilan yang perlu diwaspadai.

Secara medis, menstruasi tidak dapat terjadi saat seorang wanita sedang hamil. Meskipun ada sebagian ibu hamil yang mengaku mengalami perdarahan mirip menstruasi, darah yang keluar pada kehamilan dan menstruasi memiliki perbedaan signifikan. Menstruasi terjadi ketika lapisan dinding rahim (endometrium) luruh akibat tidak terjadinya pembuahan, sedangkan perdarahan saat hamil biasanya disebabkan oleh kondisi lain yang berbeda.

Mengapa Haid Tidak Bisa Terjadi Saat Hamil?

Menstruasi terjadi sebagai proses pelepasan lapisan dinding rahim yang tidak terpakai setelah tidak ada pembuahan sel telur. Hal ini terjadi karena sel telur yang dilepaskan dari indung telur tidak dibuahi oleh sperma, dan tubuh mengeluarkannya bersama dengan darah. Namun, ketika pembuahan terjadi dan wanita hamil, lapisan endometrium akan tetap ada untuk mendukung perkembangan janin dalam rahim. Oleh karena itu, menstruasi tidak bisa terjadi karena tubuh mempertahankan lapisan rahim tersebut.

Penyebab Perdarahan yang Mirip Menstruasi pada Kehamilan
Walaupun menstruasi tidak bisa terjadi saat hamil, perdarahan yang mirip haid bisa saja terjadi pada beberapa ibu hamil, terutama pada trimester pertama kehamilan. Sekitar 20% wanita hamil melaporkan mengalami perdarahan ringan pada fase awal kehamilan. Meskipun begitu, perdarahan ini bukanlah menstruasi, dan bisa disebabkan oleh beberapa kondisi medis tertentu yang perlu penanganan lebih lanjut.

Penyebab Perdarahan pada Trimester Pertama Kehamilan
Pada trimester pertama, perdarahan bisa terjadi karena beberapa hal berikut ini: 1. Perdarahan Implantasi
Salah satu penyebab perdarahan ringan pada trimester pertama adalah perdarahan implantasi. Ini terjadi ketika embrio menempel dan melekat pada dinding rahim, biasanya sekitar 10-14 hari setelah pembuahan. Perdarahan ini biasanya sangat ringan dan berlangsung hanya beberapa hari.

2. Keguguran
Perdarahan yang terjadi pada trimester pertama bisa juga disebabkan oleh keguguran, yang merupakan hilangnya janin secara mendadak sebelum usia kehamilan 20 minggu. Keguguran sering disertai dengan perdarahan berat dan nyeri perut.

3. Infeksi atau Peradangan pada Leher Rahim
Peradangan atau infeksi pada leher rahim (serviks) juga bisa menyebabkan perdarahan pada ibu hamil. Infeksi ini bisa mengiritasi pembuluh darah di area serviks, yang kemudian mengarah pada keluarnya darah.

4. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang dibuahi berkembang di luar rahim, seperti di saluran tuba. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan serta nyeri hebat di perut bagian bawah, dan memerlukan penanganan medis segera.

5. Hamil Anggur
Pada kondisi hamil anggur, terjadi pertumbuhan massa abnormal dalam rahim setelah pembuahan. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan pada ibu hamil dan membutuhkan perhatian medis segera.

Penyebab Perdarahan pada Trimester Kedua dan Ketiga Kehamilan
Perdarahan pada trimester kedua dan ketiga juga bisa terjadi dan seringkali dianggap sebagai haid, padahal itu bukanlah menstruasi. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan pada fase ini antara lain:

1. Inkompetensi Serviks
Inkompetensi serviks terjadi ketika leher rahim melemah dan membuka lebih cepat dari yang seharusnya, bahkan sebelum waktunya untuk melahirkan. Ini dapat menyebabkan perdarahan serta potensi persalinan prematur.

2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah kondisi serius di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya. Ini dapat menyebabkan perdarahan berat dan membahayakan ibu serta janin.

3. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta terletak terlalu rendah di rahim, menutupi jalan lahir. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan hebat dan berisiko bagi keselamatan ibu dan bayi.

4. Kematian Janin di Dalam Rahim (IUFD)
Intrauterine fetal death (IUFD) adalah kondisi ketika janin meninggal di dalam rahim setelah usia kehamilan 20 minggu. Salah satu gejala IUFD adalah perdarahan yang disertai dengan kehilangan gerakan janin.

5. Awal Persalinan
Pada trimester ketiga, perdarahan bisa menjadi tanda persalinan yang akan segera dimulai, terutama jika disertai dengan keluar lendir dari leher rahim yang seringkali bercampur dengan darah.

Mengapa Perdarahan Saat Hamil Perlu Diwaspadai?
Walaupun perdarahan ringan pada kehamilan awal tidak selalu berbahaya, perdarahan yang lebih berat atau disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut atau kram yang hebat perlu segera diperiksakan. Perdarahan yang terjadi selama kehamilan bisa menjadi tanda adanya masalah yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.

Jika seorang ibu hamil mengalami perdarahan, terutama jika disertai rasa sakit atau kram perut yang hebat, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter. Pemeriksaan medis, termasuk USG, dapat membantu untuk menentukan penyebab perdarahan dan memberikan penanganan yang sesuai. Mengetahui penyebab perdarahan sejak dini dapat membantu mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.

Kesimpulan
Secara medis, haid tidak mungkin terjadi selama kehamilan karena proses menstruasi hanya terjadi ketika tidak ada pembuahan. Meskipun demikian, perdarahan yang menyerupai haid bisa terjadi pada ibu hamil dan disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang memerlukan perhatian lebih. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu hamil untuk tetap waspada terhadap perdarahan yang terjadi dan segera memeriksakan diri ke dokter jika terjadi perdarahan, terutama jika disertai dengan gejala-gejala yang mencurigakan.